Pendidikan Gizi

Pendidikan gizi hendaknya dimulai dari sejak dini. Pendidikan gizi dan kesehatan mulai diarahkan pada murid TK dan SD, mengingat kelompok usia ini memiliki kebiasaan sikap yang masih relatif mudah dibentuk (Khomsan 2002). Pada masa ini, informasi-informasi yang diberikan dapat diserap dengan lebih baik. Pendidikan gizi memiliki peran penting dalam kehidupan siswa untuk mendukung keberhasilan akademis mereka dan mempersiapkan mereka dalam kehidupan yang produktif. Pendidikan gizi adalah sebuah kontinum pengalaman belajar yang membantu orang untuk membuat keputusan tentang gizi (Contento 2007).
Menurut Suhardjo (2003), salah satu tujuan umum dari pendidikan gizi adalah mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan manusia. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk membentuk sikap positif terhadap makanan bergizi dalam rangka membentuk kebiasaan makan yang baik (Khomsan 2000). Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi jangka panjang.
Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak mempunyai pemikiran yang terbuka dibandingkan dengan orang dewasa dan pengetahuan yang diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya. Anak-anak umumnya mempunyai hasrat besar untuk ingin tahu dan mempelajarinya lebih jauh. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas SDM.
Komite ahli WHO menyatakan bahwa anak-anak merupakan sumberdaya manusia yang terpenting bagi sebuah bangsa.  Adanya pendidikan dan perbaikan gizi pada anak-anak dapat membawa keuntungan ekonomi negara. Upaya sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi sebagai bagian dari pendidikan gizi menjadi unsur penting untuk meningkatkan status gizi masyarakat (Ikada 2010).
Pemberian pesan gizi kepada anak SD melalui media pendidikan yang digunakan dengan metode ajar dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi seperti situasi dan kondisi belajar. Selain itu faktor internal yang mempengaruhi meliputi dua hal, yaitu yang berasal dari pendidik atau pemberi pesan dan sasaran. Faktor internal pada pendidik dapat berupa keterampilan, komunikasi, keadaan psikologis, fisiologis, gaya komunikasi serta tingkat pengetahuan. Faktor eksternal sasaran berupa sikap, keadaan psikologis, fisiologis, pandangan hidup, kebiasaan sasaran (Ikada 2010).
Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti daripada orang tua. Materi pelajaran tentang gizi yang diberikan harus menyajikan kenyataan atau masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah yang sederhana dan mudah dikenal pula sehingga murid mudah menerimanya dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif (Niryati 2010).
Pendidikan gizi menurut Sue Fiore (2009) merupakan bagian dari program pendidikan kesehatan sekolah yang komprehensif, sistematis, sekuensial, berbasis standar yang dirancang untuk memberikan para siswa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan mereka.

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment